Pembeda.id Tradisi kuliner Indonesia menyimpan banyak kisah dan nilai budaya yang luhur. Salah satu contohnya adalah bubur Asyura, makanan khas yang biasa disajikan saat bulan Muharram.
Tidak sekadar makanan, cara membuat bubur Asyura juga menyimpan filosofi kebersamaan, kebhinekaan, dan semangat berbagi yang diwariskan secara turun-temurun.
Hidangan ini berasal dari budaya Melayu dan berkembang di berbagai daerah seperti Riau, Sumatera Barat, Kalimantan, hingga Sulawesi. Setiap daerah punya ciri khas resep bubur Asyura tersendiri.
Biasanya, bubur ini dimasak bersama-sama oleh warga kampung sebagai bentuk solidaritas. Tak heran bila bubur Asyura khas kampung ini sering dikaitkan dengan momen gotong royong dan kekeluargaan.
Lalu, bagaimana cara memasaknya agar hasilnya lezat, bernutrisi, dan tetap mempertahankan nilai tradisi? Simak ulasan lengkap dan langkah-langkah praktis berikut ini!
Bahan-Bahan Bubur Asyura Tradisional yang Harus Disiapkan
Setiap wilayah memiliki variasi bahan yang berbeda, namun secara umum, bubur Asyura tradisional menggunakan puluhan bahan alami yang menyehatkan.
Bahan utama biasanya terdiri dari beras, jagung pipil, kacang hijau, ubi, labu kuning, dan berbagai jenis sayuran seperti wortel dan buncis.
Tambahan kacang-kacangan seperti kacang tanah, kacang merah, hingga kacang kedelai juga sering digunakan agar bubur kaya protein dan serat.
Untuk memperkuat cita rasa, bumbu seperti bawang merah, bawang putih, daun salam, dan serai ditumis terlebih dahulu sebelum dicampurkan.
Agar bubur tidak hambar, beberapa daerah menambahkan santan kelapa, sedikit garam, dan gula merah agar rasanya lebih gurih dan seimbang.
Proses Memasak Bubur Asyura Secara Tradisional dan Bersama Warga
Proses memasak bubur Asyura kampung biasanya melibatkan banyak orang, karena porsinya besar dan dibuat dalam kuali atau periuk besar.
Langkah pertama adalah mencuci dan merebus bahan dasar seperti beras, jagung, dan kacang-kacangan secara bertahap hingga lunak.
Sambil menunggu bahan utama matang, bumbu dapur seperti bawang, serai, dan daun salam ditumis hingga harum dan kemudian dimasukkan ke dalam rebusan bubur.
Setelah itu, masukkan potongan sayuran dan umbi-umbian. Aduk secara berkala agar bubur tidak gosong atau menggumpal di dasar wajan.
Biasanya, proses memasak memakan waktu 2–4 jam, tergantung jumlah bahan dan besarnya api. Aduk rata dengan penuh kesabaran agar bubur matang merata dan tidak pecah tekstur.
Makna Filosofis dan Nilai Sosial dari Bubur Asyura
Bubur Asyura bukan sekadar makanan, tetapi juga simbol persatuan dalam masyarakat. Proses memasak bersama menjadi ajang silaturahmi dan gotong royong.
Dalam sejarah Islam, bubur Asyura diyakini sebagai makanan Nabi Nuh setelah selamat dari banjir besar. Bahan-bahannya diambil dari sisa-sisa bahan makanan di kapal.
Di Indonesia, semangat ini diterjemahkan sebagai bentuk rasa syukur dan kebersamaan setiap memasuki 10 Muharram, atau yang disebut Hari Asyura.
Tak heran jika setiap keluarga atau RT di kampung mengumpulkan bahan dari rumah masing-masing lalu dimasak bersama.
Bubur ini kemudian dibagikan kepada tetangga dan warga sekitar sebagai bentuk berbagi rezeki dan memperkuat ukhuwah.
Perbedaan Bubur Asyura di Berbagai Daerah di Indonesia
Setiap daerah di Indonesia memiliki cita rasa bubur Asyura yang unik. Misalnya, di Sumatera Barat, bubur ini dimasak dengan campuran kari dan rempah kuat.
Sementara di Kalimantan Selatan, bubur Asyura justru menyerupai bubur manis yang mengandung santan dan gula merah, mirip kolak kental.
Di Riau dan Kepulauan Riau, bubur dibuat dengan dominasi jagung, kacang tanah, dan sayur rebus, dengan rasa cenderung gurih dan tanpa santan.
Ada pula versi bubur Asyura modern yang menggunakan rice cooker dan slow cooker untuk memudahkan proses masak bagi masyarakat urban.
Meski bumbu dan bahan berbeda, nilai utama yang selalu ada dalam semua versi adalah: kebersamaan, keberkahan, dan kehangatan sosial.
Tips Agar Bubur Asyura Tidak Mudah Basi dan Bisa Dibagikan
Karena dibuat dalam jumlah besar, penting memastikan bubur Asyura tidak mudah basi agar bisa dibagikan dengan aman dan layak konsumsi.
Gunakan air matang bersih dan hindari santan terlalu banyak jika ingin bubur awet lebih lama tanpa kulkas.
Simpan dalam wadah tertutup rapat dan biarkan dingin sebelum dikemas. Gunakan mika makanan atau daun pisang agar tetap alami dan mudah dibagikan.
Jangan lupa tambahkan label tanggal pembuatan dan pesan kecil seperti “Selamat Asyura, Semoga Berkah” agar makin berkesan saat diberikan ke tetangga.
Jika ingin membagikan di sosial media, ambil foto saat proses masak atau saat berbagi, lalu posting dengan caption penuh makna agar lebih viral di Facebook.
Kreasi Bubur Asyura Modern yang Tetap Lezat dan Praktis
Bagi generasi muda, kreasi bubur Asyura kekinian juga patut dicoba. Anda bisa menyesuaikan bahan agar lebih praktis dan disukai anak-anak.
Misalnya, gunakan bahan instan seperti sereal gandum, kacang kalengan, atau labu kukus sebagai pengganti bahan mentah.
Tambahkan topping modern seperti keju parut, irisan telur rebus, atau bawang goreng renyah untuk menarik selera.
Bisa juga dikemas dalam bentuk cup atau mangkuk kecil sebagai suguhan di sekolah, kantor, atau pengajian anak muda.
Yang penting, meskipun modernisasi dilakukan, jangan hilangkan unsur berbagi dan syukur yang menjadi inti dari filosofi bubur Asyura.
Kesimpulan:
Membuat bubur Asyura bukan sekadar memasak, tapi juga menyatukan nilai tradisi, rasa syukur, dan kebersamaan dalam satu mangkuk. Yuk, lestarikan budaya ini dengan cara kamu! Bagikan resep ini, beri like jika bermanfaat, dan ajak teman-teman ikut memasak di momen Asyura. Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi https://pembeda.id/.